بسم الله الرحمن الرحيم
“ Tidaklah aku menginginkan kecuali perbaikan selama aku sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepadaNya aku bertawakal dan hanya kepadaNya-lah aku kembali ” QS : Huud 88)
Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan anugerah dan kenikmatan kepada kita berupa jalan yang lurus, yaitu jalannya para salafush-sholeh. Allah telah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mempelajari Al-Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafal, memahami dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan kita di dunia ini. Selain itu juga, dengan mempelajari aqidah shohihah, tafsir, fiqh dan ilmu-ilmu syar’i lainnya, menyeru umat kepadanya dan membelanya serta senantiasa melazimi masjid-masjid sunnah, tempat yang paling dicintai oleh Allah di muka bumi ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Musim:
أحب البلاد إلى الله مساجدها، وأبغض البلاد إلى الله أسواقها
“Negeri yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.”
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
سبعة يظلهم الله في ظله، يوم لا ظل إلا ظله: الإمام العادل، وشاب نشأ في عبادة ربه، ورجل قلبه معلق في المساجد…
“Tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dengan nauangan-Nya di hari yang tiada naungan lagi kecuali naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Rabbnya, seorang yang hatinya terkait dengan masjid-masjid…” (sampai akhir hadits Abu Hurairah, riwayat Bukhari dan Muslim)
Sementara kebanyakan manusia berada di jalan-jalan yang berdeda-beda dan berliku-liku, bergelimang dengan syubuhat dan syahawat, sibuk dengan urusan-urusan dunia mereka, bahkan sampai saling bermusuhan, saling bunuh-membunuh dan berperang hanya dalam rangka memperebutkan pangkat, jabatan dan harta dunia yang hina.
Ini semua merupakan kenikmatan yang besar bagi kita -wahai Ahlussunnah- yang mengharuskan kita untuk mengingat serta mensyukurinya dan senantiasa kita berdoa kepada Allah agar menjaga kebaikan serta nikmat-Nya ini agar tidak sirna. Senantiasa berdoa memohon kepada-Nya agar meneguhkan diri-diri kita di atas al-haq, nikmat yang agung inibdi tengah-tengah manusia.
Ketahuilah, bahwa termasuk jalan terbaik dan paling dicintai yang mengantarkan seorang muslim kepada Allah ta’ala dan jannah-Nya adalah tholabul ilmi, menuntut ilmu syar’iy dengan menghafal Al-Quran, hadits-hadits Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam dan bersabar dalam mengamalkannya serta memeganginya dengan kuat. Ini adalah jalannya para Nabi dan inilah yang diwariskan oleh mereka kepada kita. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkannya jalan menuju jannah.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu riwayat Abu Dawud:
وإن العلماء ورثة الأنبياء، وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا، ولا درهما ولكن ورثوا العلم، فمن أخذه أخذ بحظ وافر
“Sungguh ulama itu pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi itu tidaklah mewariskan harta benda (dinar dan dirham), akan tetapi mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (hadits shohih)
Allah ta’ala menyerukan kepada Nabi-Nya Musa ‘alaihis salam:
وكتبنا له في الألواح من كل شيء موعظة وتفصيلا لكل شيء فخذها بقوة وأمر قومك يأخذوا بأحسنها
“Kami telah menuliskan untuk Musa dalam Taurot segala sesuatu yang ia perlukan dalam agamanya, hukum-hukum dan nasehat-nasehat serta perincian halal dan harom, perintah dan larangan, kisah-kisah, keyakinan serta berita-berita gaib. Maka Allah berseru kepadanya: “Ambillah dan pegangilah (Taurot itu) dengan kuat dan sungguh-sungguh. Perintahkan kaummu untuk mengamalkan apa yang disyariatkan Allah di dalamnya.” (Tafsir QS. Al-A’raf: 145)
Setelah ia memegangi dan mengamalkannya dengan baik, maka ia menunjukkannya kepada manusia dan mengajak mereka kepada jalan itu. Ini adalah pahala yang besar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من دعا إلى هدى، كان له من الأجر مثل أجور من تبعه، لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا
“Siapa yang menyeru kepada hidayah (petunjuk agama yang haq), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)
Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
فوالله لأن يهدى بك رجل واحد خير لك من حمر النعم
“Demi Allah, kalaulah ada seseorang yang mendapatkan hidayah lantaran seruanmu, maka itu lebih baik bagimu daripada onta merah (harta termahal).” (HR. Bukhori dan Muslim dari Sahl bin Sa’d rodhiyallohu ‘anhu)
Ketahuilah dan sadarilah, bahwa orang-orang yang memegangi Kitab dan Sunnah serta menempuh jalan yang benar itu mesti akan ditimpa bala’ dan berbagai petaka serta ujian, baik berupa kefakiran, kesulitan hidup, penyakit-penyakit, gangguan-gangguan serta makar-makar, karena itu adalah jalan menuju jannah. Sedangkan jannah itu tertutupi dengan hal-hal yang tidak disukai jiwa. Waroqoh bin Naufal berkata kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam awal beliau diangkat menjadi Nabi:
نعم، لم يأت رجل بما جئت به إلا أوذي، وإن يدركني يومك حيا أنصرك نصرا مؤزرا
“Ya, tidaklah seseorang itu datang dengan apa yang engkau bawa berupa ajaran tauhid, melainkan akan diganggu dan disakiti. Jika aku masih hidup dan menemui harimu nanti, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sungguh-sungguh.” (HR. Bukhori)
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حفت الجنة بالمكاره، وحفت النار بالشهوات
“Jannah itu tertutupi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu ditutupi dengan berbagai syahwat.” (HR. Muslim dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu)
Itu semua merupakan bentuk ujian dari Allah ta’ala atas seorang hamba, bukan dalam rangka membinasakan hamba itu, tetapi agar diketahui dari seorang hamba itu akan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi itu semua. Juga Allah ta’ala akan membuktikan siapa yang terbaik amalannya di dunia ini. Firman Allah ta’ala:
تبارك الذي بيده الملك وهو على كل شيء قدير * الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور
“Telah banyak kebaikan Allah dan kemurahan-Nya atas seluruh makhluk-Nya. Yang di tangan-Nyalah kerajaan dan kekuasaan dunia dan akherat. Perintah dan hukum-Nya berlaku pada keduanya dan Dia mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian -wahai manusia-, siapa yang terbaik dan terikhlas amalannya? Dia adalah Al-‘Aziz, yang tidak terkalahkan oleh siapapun, lagi Al-Ghofur, maha mengampuni siapa yang bertaubat dari hamba-Nya.” (Tafsir QS. Al-Mulk: 1-2)
أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم الله الذين جاهدوا منكم ويعلم الصابرين
“Wahai para sahabat Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, apakah kalian mengira akan masuk jannah, sedangkan kalian belumlah diuji dengan peperangan dan kegentingan?! Tidaklah kalian akan memasukinya, sebelum kalian diuji dan Allah maha mengetahui dengan sebenarnya siapa yang berjihad di jalan-Nya dan bersabar dalam menghadapi musuh-musuhnya.” (Tafsir QS. Ali-Imron: 142)
Memang, itu semua harus kita hadapi dan ini merupakan sunnatulloh di alam ini. Wajib atas kita untuk menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta rasa ridho, menerima segala cobaan. Tidak dengan sikap tasakkhut, tidak ridho akan takdir Allah serta berkeluh kesah dan terjatuh kepada kemaksiatan bahkan kekufuran karenanya. Firman Allah ta’ala:
ومن الناس من يعبد الله على حرف فإن أصابه خير اطمأن به وإن أصابته فتنة انقلب على وجهه خسر الدنيا والآخرة ذلك هو الخسران المبين
“Diantara manusia itu ada yang memasuki Islam dengan kelemahan dan keraguan, sehingga ia beribadah kepada Allah dengan kebimbangan dan keengganan, seperti seseorang yang berdiri di tepi gunung atau dinding tidak teguh dalam pendiriannya. Ia menambatkan agamanya dengan dunia. Jika ia hidup senang, sehat dan tercukupi, maka ia akan terus dalam ibadahnya. Jika tertimpa ujian atau cobaan dengan kesusahan dan sesuatu yang tidak disukainya, maka akan merasa sial terhadap agamanya, sehingga meninggalkannya dan tidak istiqomah lagi dalam memegangi agamanya. Maka ia pun menjadi merugi baik dunia maupun akheratnya, karena kekafirannya itu tidaklah bisa merubah apa yang telah ditakdirkan untuknya di dunia, sedangkan di akherat nanti, ia akan dimasukkan ke dalam neraka. Ini adalah kerugian yang nyata.” (Tafsir QS. Al-Hajj: 11)
Akan tetapi bagi seorang muslim, ujian dan cobaan itu dengan kesabarannya dalam menghadapinya, akan menyebabkan dihapuskannya dosa-dosa dan menjadi sebab terangkatnya derajat dirinya di sisi Allah ta’ala. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya:
يا رسول الله، أي الناس أشد بلاء؟ قال:الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل، فيبتلى الرجل على حسب دينه، فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه، وإن كان في دينه رقة ابتلي على حسب دينه، فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشي على الأرض ما عليه خطيئة
“Wahai Rosululloh, siapa yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: “Para Nabi, kemudian yang seperti mereka dan yang seperti mereka. Maka seseorang itu diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka akan berat cobaannya dan jika agamanya ringan atau lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Senantiasa ujian dan cobaan itu menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di atas bumi ini dalam keadaan tidak mempunyai kesalahan.” (HSR. Tirmidzi dari hadits Sa’ad rodhiyallohu ‘anhu)
Dalam hadits Aisyah rodhiyallohu ‘anha riwayat Bukhori dan Muslim, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما من مصيبة يصاب بها المسلم، إلا كفر بها عنه حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah suatu musibah itu menimpa seorang muslim, melainkan akan menghapus dosa-dosanya, sampai-sampai sebuah duri yang menusuknya.”
Juga hendaknya kita senantiasa terus tegar dan tsabat dalam memegangi sunnah disertai dengan kembali kepada Allah dengan penuh ketundukan kepada-Nya, banyak berdoa, istighfar serta bertawakkal hanya kepada-Nya semata tidak kepada selain-Nya. Karena musibah dan perkara yang tidak disenangi itu semua juga disebabkan dosa-dosa dan kesalahan kita semua. Allah ta’ala berfirman:
وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير
“Apa yang menimpa kalian -wahai manusia-dari suatu musibah, baik pada agama maupun dunia kalian itu adalah akibat dari perbuatan dosa kalian sendiri dan Robb kalian mengampuni banyak dari dosa-dosa dan kejelekan-kejelekan itu, sehingga kalian tidak diadzab lagi.” (Tafsir QS. Asy-Syuro: 30)
Ketahuilah, jika kita bersama Allah, yakin akan pertolongan Allah ta’ala, maka berbagai musibah itu pasti akan berlalu dan bersamaan dengan kesulitan itu akan datang kemudahan serta jalan keluar. Ini adalah janji Robb kita dan Dia tidaklah mengkhianati janji-Nya. Allah ta’ala berfirman:
فإن مع العسر يسرا * إن مع العسر يسرا
“Maka janganlah gangguan musuh-musuhmu itu membuat engkau bimbang dari menyebarkan risalah Robbmu. Sesungguhnya bersamaan dengan kesempitan itu ada jalan keluar. Sungguh, bersamaan dengan kesempitan itu ada jalan keluar.” (Tafsir QS. Asy-Syarh: 5-6)
Dalam hadits Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
واعلم أن في الصبر على ما تكره خيرا كثيرا، وأن النصر مع الصبر، وأن الفرج مع الكرب، وأن مع العسر يسرا
“Ketahuilah, bahwasanya pada kesabaran terhadap segala yang tidak engkau sukai itu terdapat kebaikan yang banyak. Sungguh, pertolongan itu bersama dengan kesabaran dan jalan keluar itu bersama dengan kesusahan. Bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan.” (HR. Ahmad, hadits shohih; lihat Ash-Shohihah, no. 2382 dan Tahqiq Musnad Ahmad: 5/19)
Jika kita menghadapinya dengan penuh kesabaran, tetap teguh di atas al-haq, istighfar, khudhu’ (tunduk), tadhorru’ (memohon dan merendahkan diri), bertawakkal dankembali kepada Allah tidak kepada selain-Nya, berdoa kepada-Nya semata dengan menengadahkan kedua tangan kepada-Nya, niscaya Allah akan mengabulkan doa kita dan mengangkat bala’ tersebut karena terampuninya dosa-dosa kita dan menggantikannya dengan kenikmatan yang tiada tara, baik di dunia maupun akherat kelak, cepat ataupun lambat. Allah ta’ala berfirman:
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون
“Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku -wahai Nabi-, maka jawablah: “Sesungguhnya Aku ini dekat dengan mereka. Aku mengabulkan doa seseorang jika ia berdoa kepada-Ku. Maka taatilah perintah-Ku dan jauhilah larangan-Ku serta berimanlah kepada-Ku, sehingga mereka mendapatkan petunjuk kepada kebaikan agama dan dunia mereka.” (Tafsir QS. Al-Baqoroh: 186)
أمن يجيب المضطر إذا دعاه ويكشف السوء ويجعلكم خلفاء الأرض أإله مع الله قليلا ما تذكرون
“Apakah mengibadahi sekutu-sekutu Allah itu lebih baik daripada dzat yang mengabulkan doa orang yang kesusahan ketika ia berdoa, menyingkap kejelekan yang turun padanya serta menjadikan kalian sebagai pengganti para pemimpin sebelum kalian di muka bumi ini?! Apakah ada sekutu Allah yang memberikan kepada kalian berbagai kenikmatan ini?! Sedikit sekali kalian memikirkannya, sehingga kalian sekutukan Allah dalam peribadahan dengan selain-Nya.” (Tafsir QS. An-Naml: 62)
Hendaknya kita senantiasa berprasangka baik terhadap Allah ta’ala dan banyak mengingat-Nya dengan memperbanyak dzikir, karena dengan husnudzon kita kepada Allah, maka Dia akan mendatangkan kebaikan kepada kita dan dengan banyak mengingat Allah, maka hati kita menjadi tenang dan tuma’ninah. Dalam sebuah hadits qudsi, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله يقول: أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني
“Sesungguhnya Allah ta’ala berkata: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)
Allah ta’ala berfirman:
الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب
“Dialah Allah yang memberikan petunjuk kepada orang-orang yang tenang hatinya dengan bertauhid kepada Allah dan mengingat-Nya. Ketahuilah, bahwa dengan ketaatan kepada Allah dan mengingat-Nya, maka hati itu menjadi tenang.” (Tafsir QS. Ar-Ro’du: 28)
Oleh karena itu -wahai Ahlussunnah-, bersabarlah, bertaubatlah dan bertawakkallah hanya kepada Allah semata, sibukkan kalian dengan menuntut ilmu dan beramal sholeh, sampai datangnya pertolongan Allah dan jalan keluar dari-Nya. Sesungguhnya pertolongan dan jalan keluar itu dekat…
ومن يتق الله يجعل له مخرجا * ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه إن الله بالغ أمره قد جعل الله لكل شيء قدرا
“Siapa yang takut kepada Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan atasnya serta menjauhi larangan-Nya, niscaya Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dari segala kesempitan dan memudahkannya untuk mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan dikiranya. Siapa yang bertawakkal hanya kepada Allah, maka Dia akan mencukupi segala kebutuhan yang diinginkan. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan perkaranya, tidak ada yang tertinggal sedikitpun dan tidak ada yang memberatkan-Nya. Sungguh Allah telah menetapkan akhir dari segala sesuatu dan takdir yang tidak akan luput.” (Tafsir QS. Ath-Tholaq: 2-3)
أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يأتكم مثل الذين خلوا من قبلكم مستهم البأساء والضراء وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين آمنوا معه متى نصر الله ألا إن نصر الله قريب
“Apakah kalian mengira -wahai kaum mukminin- bahwa kalian akan masuk jannah, sedangkan kalian belum tertimpa cobaan seperti apa yang menimpa kaum mukminin sebelum kalian, berupa kefakiran, penyakit, rasa takut dan gentar serta tergoncang dengan berbagai ketakutan, sampai-sampai Rosul dan kaum mukminin yang bersamanya ketika itu -karena ingin segera mendapatkan pertolongan- mengatakan: “Kapan datangnya pertolongan Allah itu?” Ketahuilah, sungguh pertolongan Allah bagi kaum mukminin itu dekat…” (Tafsir QS. Al-Baqoroh: 214)
“ Tidaklah aku menginginkan kecuali perbaikan selama aku sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepadaNya aku bertawakal dan hanya kepadaNya-lah aku kembali ” QS : Huud 88)
Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan anugerah dan kenikmatan kepada kita berupa jalan yang lurus, yaitu jalannya para salafush-sholeh. Allah telah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mempelajari Al-Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafal, memahami dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan kita di dunia ini. Selain itu juga, dengan mempelajari aqidah shohihah, tafsir, fiqh dan ilmu-ilmu syar’i lainnya, menyeru umat kepadanya dan membelanya serta senantiasa melazimi masjid-masjid sunnah, tempat yang paling dicintai oleh Allah di muka bumi ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Musim:
أحب البلاد إلى الله مساجدها، وأبغض البلاد إلى الله أسواقها
“Negeri yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar-pasarnya.”
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
سبعة يظلهم الله في ظله، يوم لا ظل إلا ظله: الإمام العادل، وشاب نشأ في عبادة ربه، ورجل قلبه معلق في المساجد…
“Tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dengan nauangan-Nya di hari yang tiada naungan lagi kecuali naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Rabbnya, seorang yang hatinya terkait dengan masjid-masjid…” (sampai akhir hadits Abu Hurairah, riwayat Bukhari dan Muslim)
Sementara kebanyakan manusia berada di jalan-jalan yang berdeda-beda dan berliku-liku, bergelimang dengan syubuhat dan syahawat, sibuk dengan urusan-urusan dunia mereka, bahkan sampai saling bermusuhan, saling bunuh-membunuh dan berperang hanya dalam rangka memperebutkan pangkat, jabatan dan harta dunia yang hina.
Ini semua merupakan kenikmatan yang besar bagi kita -wahai Ahlussunnah- yang mengharuskan kita untuk mengingat serta mensyukurinya dan senantiasa kita berdoa kepada Allah agar menjaga kebaikan serta nikmat-Nya ini agar tidak sirna. Senantiasa berdoa memohon kepada-Nya agar meneguhkan diri-diri kita di atas al-haq, nikmat yang agung inibdi tengah-tengah manusia.
Ketahuilah, bahwa termasuk jalan terbaik dan paling dicintai yang mengantarkan seorang muslim kepada Allah ta’ala dan jannah-Nya adalah tholabul ilmi, menuntut ilmu syar’iy dengan menghafal Al-Quran, hadits-hadits Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam dan bersabar dalam mengamalkannya serta memeganginya dengan kuat. Ini adalah jalannya para Nabi dan inilah yang diwariskan oleh mereka kepada kita. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما، سهل الله له به طريقا إلى الجنة
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkannya jalan menuju jannah.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu riwayat Abu Dawud:
وإن العلماء ورثة الأنبياء، وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا، ولا درهما ولكن ورثوا العلم، فمن أخذه أخذ بحظ وافر
“Sungguh ulama itu pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi itu tidaklah mewariskan harta benda (dinar dan dirham), akan tetapi mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (hadits shohih)
Allah ta’ala menyerukan kepada Nabi-Nya Musa ‘alaihis salam:
وكتبنا له في الألواح من كل شيء موعظة وتفصيلا لكل شيء فخذها بقوة وأمر قومك يأخذوا بأحسنها
“Kami telah menuliskan untuk Musa dalam Taurot segala sesuatu yang ia perlukan dalam agamanya, hukum-hukum dan nasehat-nasehat serta perincian halal dan harom, perintah dan larangan, kisah-kisah, keyakinan serta berita-berita gaib. Maka Allah berseru kepadanya: “Ambillah dan pegangilah (Taurot itu) dengan kuat dan sungguh-sungguh. Perintahkan kaummu untuk mengamalkan apa yang disyariatkan Allah di dalamnya.” (Tafsir QS. Al-A’raf: 145)
Setelah ia memegangi dan mengamalkannya dengan baik, maka ia menunjukkannya kepada manusia dan mengajak mereka kepada jalan itu. Ini adalah pahala yang besar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من دعا إلى هدى، كان له من الأجر مثل أجور من تبعه، لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا
“Siapa yang menyeru kepada hidayah (petunjuk agama yang haq), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)
Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
فوالله لأن يهدى بك رجل واحد خير لك من حمر النعم
“Demi Allah, kalaulah ada seseorang yang mendapatkan hidayah lantaran seruanmu, maka itu lebih baik bagimu daripada onta merah (harta termahal).” (HR. Bukhori dan Muslim dari Sahl bin Sa’d rodhiyallohu ‘anhu)
Ketahuilah dan sadarilah, bahwa orang-orang yang memegangi Kitab dan Sunnah serta menempuh jalan yang benar itu mesti akan ditimpa bala’ dan berbagai petaka serta ujian, baik berupa kefakiran, kesulitan hidup, penyakit-penyakit, gangguan-gangguan serta makar-makar, karena itu adalah jalan menuju jannah. Sedangkan jannah itu tertutupi dengan hal-hal yang tidak disukai jiwa. Waroqoh bin Naufal berkata kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam awal beliau diangkat menjadi Nabi:
نعم، لم يأت رجل بما جئت به إلا أوذي، وإن يدركني يومك حيا أنصرك نصرا مؤزرا
“Ya, tidaklah seseorang itu datang dengan apa yang engkau bawa berupa ajaran tauhid, melainkan akan diganggu dan disakiti. Jika aku masih hidup dan menemui harimu nanti, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sungguh-sungguh.” (HR. Bukhori)
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حفت الجنة بالمكاره، وحفت النار بالشهوات
“Jannah itu tertutupi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu ditutupi dengan berbagai syahwat.” (HR. Muslim dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu)
Itu semua merupakan bentuk ujian dari Allah ta’ala atas seorang hamba, bukan dalam rangka membinasakan hamba itu, tetapi agar diketahui dari seorang hamba itu akan kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi itu semua. Juga Allah ta’ala akan membuktikan siapa yang terbaik amalannya di dunia ini. Firman Allah ta’ala:
تبارك الذي بيده الملك وهو على كل شيء قدير * الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور
“Telah banyak kebaikan Allah dan kemurahan-Nya atas seluruh makhluk-Nya. Yang di tangan-Nyalah kerajaan dan kekuasaan dunia dan akherat. Perintah dan hukum-Nya berlaku pada keduanya dan Dia mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian -wahai manusia-, siapa yang terbaik dan terikhlas amalannya? Dia adalah Al-‘Aziz, yang tidak terkalahkan oleh siapapun, lagi Al-Ghofur, maha mengampuni siapa yang bertaubat dari hamba-Nya.” (Tafsir QS. Al-Mulk: 1-2)
أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يعلم الله الذين جاهدوا منكم ويعلم الصابرين
“Wahai para sahabat Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, apakah kalian mengira akan masuk jannah, sedangkan kalian belumlah diuji dengan peperangan dan kegentingan?! Tidaklah kalian akan memasukinya, sebelum kalian diuji dan Allah maha mengetahui dengan sebenarnya siapa yang berjihad di jalan-Nya dan bersabar dalam menghadapi musuh-musuhnya.” (Tafsir QS. Ali-Imron: 142)
Memang, itu semua harus kita hadapi dan ini merupakan sunnatulloh di alam ini. Wajib atas kita untuk menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta rasa ridho, menerima segala cobaan. Tidak dengan sikap tasakkhut, tidak ridho akan takdir Allah serta berkeluh kesah dan terjatuh kepada kemaksiatan bahkan kekufuran karenanya. Firman Allah ta’ala:
ومن الناس من يعبد الله على حرف فإن أصابه خير اطمأن به وإن أصابته فتنة انقلب على وجهه خسر الدنيا والآخرة ذلك هو الخسران المبين
“Diantara manusia itu ada yang memasuki Islam dengan kelemahan dan keraguan, sehingga ia beribadah kepada Allah dengan kebimbangan dan keengganan, seperti seseorang yang berdiri di tepi gunung atau dinding tidak teguh dalam pendiriannya. Ia menambatkan agamanya dengan dunia. Jika ia hidup senang, sehat dan tercukupi, maka ia akan terus dalam ibadahnya. Jika tertimpa ujian atau cobaan dengan kesusahan dan sesuatu yang tidak disukainya, maka akan merasa sial terhadap agamanya, sehingga meninggalkannya dan tidak istiqomah lagi dalam memegangi agamanya. Maka ia pun menjadi merugi baik dunia maupun akheratnya, karena kekafirannya itu tidaklah bisa merubah apa yang telah ditakdirkan untuknya di dunia, sedangkan di akherat nanti, ia akan dimasukkan ke dalam neraka. Ini adalah kerugian yang nyata.” (Tafsir QS. Al-Hajj: 11)
Akan tetapi bagi seorang muslim, ujian dan cobaan itu dengan kesabarannya dalam menghadapinya, akan menyebabkan dihapuskannya dosa-dosa dan menjadi sebab terangkatnya derajat dirinya di sisi Allah ta’ala. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya:
يا رسول الله، أي الناس أشد بلاء؟ قال:الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل، فيبتلى الرجل على حسب دينه، فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه، وإن كان في دينه رقة ابتلي على حسب دينه، فما يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشي على الأرض ما عليه خطيئة
“Wahai Rosululloh, siapa yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: “Para Nabi, kemudian yang seperti mereka dan yang seperti mereka. Maka seseorang itu diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka akan berat cobaannya dan jika agamanya ringan atau lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Senantiasa ujian dan cobaan itu menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di atas bumi ini dalam keadaan tidak mempunyai kesalahan.” (HSR. Tirmidzi dari hadits Sa’ad rodhiyallohu ‘anhu)
Dalam hadits Aisyah rodhiyallohu ‘anha riwayat Bukhori dan Muslim, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما من مصيبة يصاب بها المسلم، إلا كفر بها عنه حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah suatu musibah itu menimpa seorang muslim, melainkan akan menghapus dosa-dosanya, sampai-sampai sebuah duri yang menusuknya.”
Juga hendaknya kita senantiasa terus tegar dan tsabat dalam memegangi sunnah disertai dengan kembali kepada Allah dengan penuh ketundukan kepada-Nya, banyak berdoa, istighfar serta bertawakkal hanya kepada-Nya semata tidak kepada selain-Nya. Karena musibah dan perkara yang tidak disenangi itu semua juga disebabkan dosa-dosa dan kesalahan kita semua. Allah ta’ala berfirman:
وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير
“Apa yang menimpa kalian -wahai manusia-dari suatu musibah, baik pada agama maupun dunia kalian itu adalah akibat dari perbuatan dosa kalian sendiri dan Robb kalian mengampuni banyak dari dosa-dosa dan kejelekan-kejelekan itu, sehingga kalian tidak diadzab lagi.” (Tafsir QS. Asy-Syuro: 30)
Ketahuilah, jika kita bersama Allah, yakin akan pertolongan Allah ta’ala, maka berbagai musibah itu pasti akan berlalu dan bersamaan dengan kesulitan itu akan datang kemudahan serta jalan keluar. Ini adalah janji Robb kita dan Dia tidaklah mengkhianati janji-Nya. Allah ta’ala berfirman:
فإن مع العسر يسرا * إن مع العسر يسرا
“Maka janganlah gangguan musuh-musuhmu itu membuat engkau bimbang dari menyebarkan risalah Robbmu. Sesungguhnya bersamaan dengan kesempitan itu ada jalan keluar. Sungguh, bersamaan dengan kesempitan itu ada jalan keluar.” (Tafsir QS. Asy-Syarh: 5-6)
Dalam hadits Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
واعلم أن في الصبر على ما تكره خيرا كثيرا، وأن النصر مع الصبر، وأن الفرج مع الكرب، وأن مع العسر يسرا
“Ketahuilah, bahwasanya pada kesabaran terhadap segala yang tidak engkau sukai itu terdapat kebaikan yang banyak. Sungguh, pertolongan itu bersama dengan kesabaran dan jalan keluar itu bersama dengan kesusahan. Bersamaan dengan kesulitan itu ada kemudahan.” (HR. Ahmad, hadits shohih; lihat Ash-Shohihah, no. 2382 dan Tahqiq Musnad Ahmad: 5/19)
Jika kita menghadapinya dengan penuh kesabaran, tetap teguh di atas al-haq, istighfar, khudhu’ (tunduk), tadhorru’ (memohon dan merendahkan diri), bertawakkal dankembali kepada Allah tidak kepada selain-Nya, berdoa kepada-Nya semata dengan menengadahkan kedua tangan kepada-Nya, niscaya Allah akan mengabulkan doa kita dan mengangkat bala’ tersebut karena terampuninya dosa-dosa kita dan menggantikannya dengan kenikmatan yang tiada tara, baik di dunia maupun akherat kelak, cepat ataupun lambat. Allah ta’ala berfirman:
وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون
“Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku -wahai Nabi-, maka jawablah: “Sesungguhnya Aku ini dekat dengan mereka. Aku mengabulkan doa seseorang jika ia berdoa kepada-Ku. Maka taatilah perintah-Ku dan jauhilah larangan-Ku serta berimanlah kepada-Ku, sehingga mereka mendapatkan petunjuk kepada kebaikan agama dan dunia mereka.” (Tafsir QS. Al-Baqoroh: 186)
أمن يجيب المضطر إذا دعاه ويكشف السوء ويجعلكم خلفاء الأرض أإله مع الله قليلا ما تذكرون
“Apakah mengibadahi sekutu-sekutu Allah itu lebih baik daripada dzat yang mengabulkan doa orang yang kesusahan ketika ia berdoa, menyingkap kejelekan yang turun padanya serta menjadikan kalian sebagai pengganti para pemimpin sebelum kalian di muka bumi ini?! Apakah ada sekutu Allah yang memberikan kepada kalian berbagai kenikmatan ini?! Sedikit sekali kalian memikirkannya, sehingga kalian sekutukan Allah dalam peribadahan dengan selain-Nya.” (Tafsir QS. An-Naml: 62)
Hendaknya kita senantiasa berprasangka baik terhadap Allah ta’ala dan banyak mengingat-Nya dengan memperbanyak dzikir, karena dengan husnudzon kita kepada Allah, maka Dia akan mendatangkan kebaikan kepada kita dan dengan banyak mengingat Allah, maka hati kita menjadi tenang dan tuma’ninah. Dalam sebuah hadits qudsi, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله يقول: أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني
“Sesungguhnya Allah ta’ala berkata: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)
Allah ta’ala berfirman:
الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب
“Dialah Allah yang memberikan petunjuk kepada orang-orang yang tenang hatinya dengan bertauhid kepada Allah dan mengingat-Nya. Ketahuilah, bahwa dengan ketaatan kepada Allah dan mengingat-Nya, maka hati itu menjadi tenang.” (Tafsir QS. Ar-Ro’du: 28)
Oleh karena itu -wahai Ahlussunnah-, bersabarlah, bertaubatlah dan bertawakkallah hanya kepada Allah semata, sibukkan kalian dengan menuntut ilmu dan beramal sholeh, sampai datangnya pertolongan Allah dan jalan keluar dari-Nya. Sesungguhnya pertolongan dan jalan keluar itu dekat…
ومن يتق الله يجعل له مخرجا * ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه إن الله بالغ أمره قد جعل الله لكل شيء قدرا
“Siapa yang takut kepada Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan atasnya serta menjauhi larangan-Nya, niscaya Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dari segala kesempitan dan memudahkannya untuk mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan dikiranya. Siapa yang bertawakkal hanya kepada Allah, maka Dia akan mencukupi segala kebutuhan yang diinginkan. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan perkaranya, tidak ada yang tertinggal sedikitpun dan tidak ada yang memberatkan-Nya. Sungguh Allah telah menetapkan akhir dari segala sesuatu dan takdir yang tidak akan luput.” (Tafsir QS. Ath-Tholaq: 2-3)
أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يأتكم مثل الذين خلوا من قبلكم مستهم البأساء والضراء وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين آمنوا معه متى نصر الله ألا إن نصر الله قريب
“Apakah kalian mengira -wahai kaum mukminin- bahwa kalian akan masuk jannah, sedangkan kalian belum tertimpa cobaan seperti apa yang menimpa kaum mukminin sebelum kalian, berupa kefakiran, penyakit, rasa takut dan gentar serta tergoncang dengan berbagai ketakutan, sampai-sampai Rosul dan kaum mukminin yang bersamanya ketika itu -karena ingin segera mendapatkan pertolongan- mengatakan: “Kapan datangnya pertolongan Allah itu?” Ketahuilah, sungguh pertolongan Allah bagi kaum mukminin itu dekat…” (Tafsir QS. Al-Baqoroh: 214)
0 comments:
Post a Comment