Jangan katakan : Buat apa sholat, kalau masih melakukan maksiat.
Tapi katakan : Syukur sudah mau sholat, semoga maksiatnya bisa ditinggalkan sedikit demi sedikit.
Jangan katakan : Buat apa berhijab kalau akhlaq masih buruk.
Tapi Katakan : Alhamdulillah sudah berhijab, semoga akhlaknya juga diperindah.
Jangan Katakan : Buat apa berjidat hitam kalau akhlaknya masih buruk atau Islam itu bukan di jidat yang hitam tapi di akhlak.
Tapi katakan : Masyaa Allah jidatnya gelap tanda bahwa dia sudah rajin sholat, semoga akhlaknya juga semakin diperbaiki.
Jangan katakan : Buat apa berjubah gamis kalau akhlaknya seperti Abu Lahab atau Islam itu buka di baju gamis tapi di akhlak.
Tapi katakan : Luar biasa semangatnya melaksanakan sunnah Rasul bahkan sampai urusan berpakaian, semoga akhlaknya juga dilatih seperti akhlak rasul.
dan berbagai logika cacat lainnya yang tanpa sadar mengajarkan Islam secara parsial (sepotong2).
Setiap orang hendaknya berupaya berislam secara sempurna.
Melaksanakan setiap tuntunan semaksimal mungkin baik yang tampak secara fisik maupun yang berkenaan dengan non fisik (adab dan akhlak)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
Namun jika seseorang belum bisa melaksanakan secara sempurna tuntunan Islam, maka jangan cela kebaikan yang sudah dilakukannya dengan menyebut2 keburukan (kekurangan) yang masih dilakukannya.
Doakan dan bimbinglah dia untuk memperbaiki kekurangan yang masih dilakukannya. Bukan justru menyuruh meninggalkan kebaikan yang sudah dilakukannya karena kekurangan akhlak yang masih dilakukannya.
Tapi katakan : Syukur sudah mau sholat, semoga maksiatnya bisa ditinggalkan sedikit demi sedikit.
Jangan katakan : Buat apa berhijab kalau akhlaq masih buruk.
Tapi Katakan : Alhamdulillah sudah berhijab, semoga akhlaknya juga diperindah.
Jangan Katakan : Buat apa berjidat hitam kalau akhlaknya masih buruk atau Islam itu bukan di jidat yang hitam tapi di akhlak.
Tapi katakan : Masyaa Allah jidatnya gelap tanda bahwa dia sudah rajin sholat, semoga akhlaknya juga semakin diperbaiki.
Jangan katakan : Buat apa berjubah gamis kalau akhlaknya seperti Abu Lahab atau Islam itu buka di baju gamis tapi di akhlak.
Tapi katakan : Luar biasa semangatnya melaksanakan sunnah Rasul bahkan sampai urusan berpakaian, semoga akhlaknya juga dilatih seperti akhlak rasul.
dan berbagai logika cacat lainnya yang tanpa sadar mengajarkan Islam secara parsial (sepotong2).
Setiap orang hendaknya berupaya berislam secara sempurna.
Melaksanakan setiap tuntunan semaksimal mungkin baik yang tampak secara fisik maupun yang berkenaan dengan non fisik (adab dan akhlak)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
Namun jika seseorang belum bisa melaksanakan secara sempurna tuntunan Islam, maka jangan cela kebaikan yang sudah dilakukannya dengan menyebut2 keburukan (kekurangan) yang masih dilakukannya.
Doakan dan bimbinglah dia untuk memperbaiki kekurangan yang masih dilakukannya. Bukan justru menyuruh meninggalkan kebaikan yang sudah dilakukannya karena kekurangan akhlak yang masih dilakukannya.
0 comments:
Post a Comment